Harapan seorang guru

Jumat, 30 Mei 20084komentar


Ayo kita tingkatkan membaca dan membaca, karena itu adalah suatu tradisi dan kebiasaan yang terpuji, betapa tidak ! jibrilpun menganjurkan kata-kata itu pada beliau nabi Muhammad SAW dimana Al-qur'an diturunkan sebagai guratan-guratan emas yang tak ungkin terhapus dari bilik jantung seorang muslim.



Renungan hati penuh pemikiran yang seiring dengan bacaan akan membuahkan kefahaman dan pengertian yang prima, dan inilah yang mungkin andil besar untuk menghantarkan seseorang menjadi tokoh kenamaan seperti Al Ghozali, As Syafi'i dan imam-imam yang lain, disamping berakhlak mulia juga istiqomah yang teguh sejalan dengan niat ibadah yang tulus.


Alunan yang mengasyikkan menyanyikan bait-bait syair dengan irama dan suara yang merdu adalah sebagai bukti kegemaran membaca dan menghafal.


Namun.........., hati siapa yang tak terkoyak dan tersayat pedih penuh prihatin jika hal itu terjadi? seorang guru dengan susah payah memahami huruf demi huruf, peras otak banting tulang dan dia tidak perduli otot lehernya kembang kempis untuk memberikan sebuah ilmu yang berharga dan bermanfaat, agar anak asuhnya dapat memahami dan sebagai harapannya mereka itu dapat mengembangkan ilmu-ilmu itu pada orang lain serta membentuk akhlak mulia yang menghias diri mereka dengan tutur kata yang santun dan tindak tanduk yang terpuji, tapi.............., ternyata tiba-tiba harapan itu punah luluh hancur karena anak asuhnya tidak mengindahkan nasehat-nasehat serta petunjuknya.


Betapa remuknya hati seorang guru jika melihat anak asuhnya tolol dan tidak bisa dipertanggung jawabkan. Mungkin itulah jeritan yang paling dalam dari hati seorang guru yang pernah gagal, tubuhnya payah loyo semangatnya pun punah inginnya menangis tapi air matanya sudah kering, sinar matanya redup seredup hatinya. Kebodohan dan kegagalan anak asuhnya serasa jarum-jarum beracun yang bersarang diulu hatinya, betapa sedihnya betapa susahnya oh......... guru yang pernah gagal, kasihan engkau, bibirmu bergetar tanganmu menengadah membacakan do'a-do'a untuk mereka, namun apa yang terjadi kepandaian mereka, akhlak mereka yang menjadi tumpuanmu ( seorang guru ) cita-citamu, semua telah terhempas badai ditengah gurun pasir yang kering kerontang, dan kau hanya dapat bersimpuh dan terurai lemas memandangnya.
Share this article :

+ komentar + 4 komentar

Anonim
31 Mei 2008 pukul 13.59

kalau menurut saya, guru seperti itu kurang baik, soalnya guru itu harus pantang menyerah untuk membangun anak didiknya, walaupun yang di didik anak bajinan.
Namun tetap kita pasrahkan semuanya kepada Allah.
Ayo para guru di Indonesia bersemangatlah mengajar

Anonim
31 Mei 2008 pukul 14.01

Waduh gimana ya kalau seorang murid melihat renungan anda, pasti semuanya akan merasa iba pada gurunya.

Anonim
31 Mei 2008 pukul 14.03

Saya setuju dengan pendapat anda.
memang kalau dirasakan jadi guru yang demikian sangat prihatin sekali, sayapun dapat merasakan hal itu dan itu tanda-tanda guru yang memperhatikan muridnya.
Ayo semangat Pak Guru.

23 April 2012 pukul 00.11

Subkhanallah yach...........
pak Guru harus tetap semangat
pelangi tak indah jika warnanya sama,begitupun dg kehidupan so sebagai seorang guru pastinya ingin anak asuhnya menjadi orang yg sesuai dg keinginannya tp papun usaha n do'a pak guru ttap semua dikembalikan pd Allah. toh juga tidak semua anak asuh bpk seperti halnya dlm renungan pak guru.......
tetap semangat mengajar cz mengajar n mendi2k tak semudah membalikkan tangan.....

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Wonganjuk | Asli
Copyright © 2016. Wonganjuk Belajar Blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Wonganjuk
Proudly powered by Blogger